Sejarah Singkat IMM

 

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah merupakan bagian dari AMM (Angkatan Muda Muhammadiyah) yang merupakan organisasi otonom dibawah naungan Muhammadiyah. Sesungguhnya ada 2 faktor yang melandasi kelahiranya, yaitu faktor internal dan eksternal.

Faktor Eksternal Berdirinya IMM

Alasan pertama adalah kondisi bangsa di tahun 1950-1964 yang sarat dengan pertarungan partai politik yang ingin mengisi kemerdekaan sesuai dengan ideologinya masing masing. Ideologi-ideologi seperti Nasionalisme yang dibawa oleh PNI, Islam yang di bawa oleh Masyumi, Partai NU, dan PSII atau ideologi sosial-komunis yang dibawa oleh PKI, PSI, Partai Murba dan lain sebagainya. Persaingan dilakukan secara keras hingga timbul perpecahan didalam masyarakat Tahun 1960an juga menandai semakin menguatnya ideologi komunisme yang di usung PKI.

Alasan kedua adalah kondisi kehidupan Mahasiswa di kampus yang banyak terinfiltrasi kepentingan Partai Politik. Banyak organisasi mahasiswa didirikan hanya untuk menjalakan kepentingan partai dan menyebarkan ideologi partai. Misalnya GMNI yang berafiliasi dengan PNI, GEMSOS dengan PSI, CGMI dengan PKI, PMII dengan NU, HMI dengan Masyumi, dan lain sebagainya. Karena itu dalam kehidupan kampus sangat terasa muata politisnya. Akibatnya mahasiswa kehilangan nalar kritisnya dan hanya menjadi penerima pasif kebijakan partai. Selain itu muatan politis yang sangat menyebabkan perpecahan juga terjadi dalam kehidupan mahasiswa.

Faktor Internal Berdirinya IMM

Alasan pertama adalah kebutuhan idealisme Muhammadiyah, untuk menguatkan ideologi Muhammadiyah pada mahasiswa-mahasiswa Muhammadiyah. Akibat kondisi yang begitu kacau, persaingan antarabideologi pun ada dimana-mana oleh karena itu Muhammadiyah merasa perlu untuk menjaga ideologi Muhammadiyah tetap berada dalam diri kader-kader Muhammadiyah khususnya yang sedang menempuh pendidikan tinggi (Mahasiswa).

Alasan kedua Adalah kembalinya Muhammadiyah dari perjuangan politik ke perjuangan kultural, yakni dakwah keagamaan dan kemasyarakatan. Sebelumnya Muhammadiyah banyak terlibat dalam aktivitas politik karena statusnya sebagai anggota istimewa Masyumi. Ketika Masyumi membubarkan diri atas perintah Soekarno Muhammadiyah yang Kembali pada Gerakan dakwah. Karena itulah Muhammadiyah ingin meluaskan sayap dakwahnya, tak terkecuali dalam lingkup mahasiswa, Alat dakwah yang paling cocok untuk mahasiswa tentu saja adalah aktivitas keorganisasian. Diharapkan dengan aktif di IMM, Komitmen keislaman dan kemuhammadiyahan mahasiswa dapat terjaga.

Alasan ketiga adalah berkembang pesatnya Amal Usaha Muhammadiyah, Sehingga membutuhkan SDM yang berkualitas untuk mengisinya, oleh karenanya Muhammadiyah membidik mahasiswa, sebagai kaum terdidik untuk mengisi kebutuhan SDM yang ada dalam amal usaha Muhammadiyah diharapkan mahasiswa-mahasiswa kelak yang akan menjadi sarjana-sarjana dan professional mampu mengisi amal usaha Muhammadiyah yang semakin banyak jumlahnya namun minim SDM.

Alasan keempat adalah kebutuhan Muhammadiyah untuk meningkatkan kualitas persyarikatan dan amal usaha lewat SDM yang terdidik dan professional, untuk meningkatkan kualitas persyarikatan dan amal usaha persyarikatan maka merekrut sebanyak mungkin tenaga professional lulusan perguruan tinggi untuk  mengisi persyarikatan adalah suatu keniscayaan. Selain itu, keberadaan IMM juga untuk menjamin komitmen yang sama pada diri mahasiswa, yang lewat kemampuanya untuk sama-sama mau membangun persyarikatan.

Dinamika Kelahiran IMM

1936: Awal Wacana

Embrio awal berdirinya IMM bisa dilacak sejak tahun 1936, di mana pada saat itu Muhammadiyah berencana untuk mendirikan PTM (Perguruan Tinggi Muhammadiyah). Tepatnya pada Muktamar Muhammadiyah ke-25 di Jakarta (Kongres Seperempat Abad Muhammadiyah) Wacana pendirian PTM tersebut dibarengi dengan keinginan pendirian suatu lembaga yang membina para mahasiwa-mahasiswa yang ada di PTM. Namun pembahasan terkait pembahasan organisasi untuk pembinaan mahasiswa tersebut macet dan belum jelas kelanjutanya.

1956: Lahirnya Badan Pendidikan Kader (BPK)

Pada tahun ini, tepatnya dalam Mukatamar ke-33 di Palembang disetujuilah dan didirikan Perguruan Tinggi Muhammadiyah. Pendirian PTM tersebut sekaligus membuka kembali wacana untuk membentuk suatu organisasi bagi mahasiswa Muhammadiyah. Selain kelahiran PTM, alasan wacana itu kembali muncul adalah karena banyaknya angkatan muda Muhammadiyah yang masuk ke perguruan tinggi, namun belum ada lembaga Muhammadiyah yang spesifik membinanya. Namun pada tahun 1956 IMM masih belum juga dapat dibentuk karena satu dan lain hal. Walau IMM belum juga dapat dilahirkan, Muhammadiyah telah mampu mendirikan Badan Pendidikan Kader (BPK), yang juga bertugas membina baik pelajar maupun mahasiswa Muhammadiyah.

1958: Pengajian Badan Pendidikan Kader

Walau BPK sudah berdiri, namun BPK hanya bertugas membuat konsep terkait perkaderan, sedangkan pelaksanaan dikembalikan ke pada pp Pemuda Muhammadiyah. Selanjutanya pengajian bagi para mahasiswa dimulai pada Juli 1958, bertempat di Gedung PP Muhammadiyah. Pengajian pengajian tersebut rupanya mendapat sambutan yang meriah dari mahasiswa[1]mahasiswa Muhammadiyah, buktinya Gedung PP Muhammadiyah yang begitu luas sampai tidak mampu menampung peserta yang ikut. Hal itu menunjukkan begitu banyak mahasiswa Muhammadiyah yang belum tertampung dalam kepengerusan baik di Pemuda Muhammadiyah maupun di Naisyiatul Aisyiah (NA).

1961-1962: Lahirnya Lembaga Dakwah Muhammadiyah (LDM)

Pada akhir tahun 1961, menjelang Muktamar Muhammadiyah setengah abad di Jakarta, diadakan Kongres Mahasiswa Universitas Muhammadiyah di Yogyakarta yaitu Dewan Mahasiswa Muhammadiyah. Dalam kongres tersebut dihembuskan sekuat kuatnya tentang perlunya didirikan suatu organisasi mahasiswa bagi putra-putri Muhammadiyah. Wacana tersebut juga didukung oleh para mahasiswa yang tidak berkuliah di PTM. Maka dari itu lahirlah Lembaga Dakwah Muhammadiyah (LDM), yang menjadi embrio akhir lahirnya IMM di kemudian hari. Pengunaan nama LDM sendiri mengindikasikan orientasinya yang kuat pada kegiatan dakwah keislaman ketimbang kemahasiswaan pada umumnya. LDM dimotori oleh tokoh-tokoh seperti Margono (UGM), Sudibyo Markoes (UGM), Rosyad Saleh (IAIN), sedangkan ide pembentukannya yaitu dari Moh. Djasman Al[1]Kindi (UGM).

1963-1964: Penjajagan dan Kelahiran IMM

Tokoh-tokoh yang menjadi penggerak LDM kemudian mulai melakukan penjajagan pada tahun 1963 terkait wadah mahasiswa Muhammadiyah yang secara resmi disponsori oleh Moh. Djasman Al-Kindi yang menjabat sebagai Sekretaris PP Pemuda Muhammadiyah. Setelah tiga bulan melakukan penjajagan dan pengonsepan, akhirnya pada 14 Maret 1964/29 Syawal 1384 H, beridirilah sebuah organisasi bernama Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah pada 1964, diresmikan oleh Ketua PP Muhammadiyah yakni KH. Ahmad Badawi. Peresmian tersebut ditandai dengan ditandatanganinya "Enam Penegasan IMM", bunyi 6 Penegasan Tersebut adalah :
  1. Menegaskan bahwa IMM adalah gerakan mahasiswa Islam
  2. Menegaskan bahwa kepribadian Muhammadiyah adalah landasan perjuangan IMM
  3. Menegaskan bahwa fungsi IMM adalah eksponen mahasiswa dalam Muhammadiyah
  4. Menegaskan bahwa IMM adalah organisasi mahasiswa yang syah dengan mengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan, serta dasar dan falsafah negara
  5. Menegaskan bahwa ilmu adalah amaliah dan amal adalah ilmiah
  6. Menegaskan bahwa amal IMM adalah lillahita'ala dan senantiasa diabadikan untuk kepentingan rakyat.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url