Talenta Muda ala La Masia di Muhammadiyah

Oleh: Bilqis Aulia Rahma (Kader PK IMM Mipha)

La Masia, Barcelona 

La Masia, atau lengkapnya La Masia de Can Planes, adalah akademi sepak bola terbaik milik FC Barcelona yang terkenal di seluruh dunia. Didirikan pada tahun 1979, yang terletak di Barcelona, Spanyol. La Masia awalnya merupakan sebuah “Rumah Pertanian” dalam Bahasa Catalan, yang diubah menjadi asrama pemain muda yang direkrut dari berbagai penjuru Spanyol dan dunia. La Masia tidak hanya melatih kemampuan sepak bola, tetapi juga mendidik pemain muda dalam aspek akademik dan pengembangan karakter. Akademi ini menjadi pilar utama dalam strategi pengembangan pemain klub Barcelona dan telah melahirkan banyak bintang sepak bola kelas dunia. 

La Masia telah menjadi simbol pengembangan pemain muda berkualitas tinggi. Beberapa pemain terbaik dunia, seperti Lionel Messi, Xavi Hernandez, Andres Iniesta, dan Gerard Piqué, adalah produk dari akademi ini. Selain itu, Lamine Yamal pemain termuda Barcelona yang dijuluki sebagai Wonderkid dari klub tersebut juga merupakan produk dari akademi La Masia.  

“Di La Masia, kami tidak dilatih bermain untuk menang, melainkan untuk berkembang dengan segala keahlian yang diperlukan sebagai pemain bagus. Kami berlatih setiap hari dengan bola melekat di kaki setiap saat” 

Lionel Messi, salah satu jebolan terbaik La Masia 

Ini menunjukkan bahwa sistem pengembangan pemain di La Masia mampu mencetak pemainpemain yang tidak hanya berbakat tetapi juga memiliki dedikasi tinggi terhadap klub. 

Analogi La Masia (Barcelona) dengan Muhammadiyah 

Dalam sejarahnya, FC Barcelona tidak dapat dipisahkan dari konflik antara Catalonia dan Spanyol. Sejak Catalonia ditaklukkan oleh Spanyol, wilayah ini terus berusaha untuk meraih kemerdekaan. Konflik ini juga merambah ke dunia sepak bola, menciptakan rivalitas sengit yang dikenal sebagai El Clásico antara FC Barcelona, sebagai simbol perjuangan rakyat Catalonia dan Real Madrid, yang dianggap mewakili kerajaan Spanyol.  

Barcelona memenangkan gelar La Liga pertamanya pada tahun 1929, namun keberlangsungan klub ini terpengaruh oleh perang sipil di Spanyol pada tahun 1930-an. Simbol-simbol Catalonia sempat dilarang, dan Barcelona dianggap sebagai ancaman oleh pihak berwenang saat itu. Hal yang sama terjadi pada Muhammadiyah.  

Muhammadiyah lahir ditengah situasi kolonialisme dan imperialisme yang kuat oleh bangsa barat di Indonesia. Muhammadiyah hadir sebagai gerakan pembaharuan yang bertujuan untuk melawan keterbelakangan dan ketidakadilan yang diakibatkan oleh penjajahan bangsa tersebut. Perannya mendirikan sekolah-sekolah yang memberikan pendidikan modern berbasis Islam, bertujuan untuk mencerdaskan bangsa dan membebaskan masyarakat dari kebodohan yang diperkuat oleh penjajah adalah satu cara utama Muhammadiyah melawan imperialisme pemerintah kolonial Hindia Belanda.  

Muhammadiyah sangat berkontribusi besar dalam mencapai kemerdekaan Indonesia sehingga bangsa Indonesia dapat terlepas dari belenggu penjajahan. Keberadaan Muhammadiyah telah membantu dan berkontribusi besar dalam memperjuangkan hak-hak kemanusiaan dan keadilan bagi pribumi. Dengan segala upayanya, Muhammadiyah bukan hanya menjadi organisasi keagamaan, tetapi juga simbol perlawanan terhadap imperialisme dan kolonialisme oleh bangsa barat. 

Muhammadiyah, sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi "La Masia" dalam konteks pengembangan talenta muda di berbagai bidang. Muhammadiyah memiliki jaringan pendidikan yang luas, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi, serta berbagai organisasi otonom yang fokus pada pengembangan pemuda, salah satunya adalah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). 

IMM, La Masia-nya Muhammadiyah 

FC Barcelona dapat diibaratkan sebagai Muhammadiyah karena keduanya adalah organisasi utama dengan visi, misi, dan tujuan yang jelas, selain itu keduanya merupakan organisasi yang mengelola dan mengawasi semua kegiatan di bawah naungan mereka.  

Jika Barcelona memiliki Messi sebagai jebolan terbaik La Masia, maka Muhammadiyah memiliki Djazman Al-Kindi, sang pendiri IMM. Beliau adalah cendekiawan muslim dan aktivis Muhammadiyah yang sangat ideologis yang pikiran-pikirannya sangat revolusioner.  

La Masia dapat diibaratkan sebagai salah satu organisasi otonom di bawah Muhammadiyah, yaitu IMM, karena La Masia bertujuan untuk menemukan, merekrut, dan  mengembangkan pemain muda berbakat dari seluruh dunia untuk memperkuat klub-klub besar dunia dan timnas Spanyol. Begitu pula dengan IMM yang mendukung visi dan misi Muhammadiyah melalui program-program spesifik mereka khususnya di lingkup keagamaan, kemahasiswaan dan kemasyarakatan. Program-program yang mereka inisiasi dimulai dari perkaderan paling dasar yang bertujuan untuk membentuk akademisi islam yang selaras dengan tujuan Muhammadiyah. 

Kedua hal ini menunjukkan bagaimana struktur yang terorganisir dan terfokus dapat mendukung keberlanjutan dan keberhasilan organisasi. Melalui entitas-entitas pendukungnya, FC Barcelona dan Muhammadiyah dapat memastikan bahwa mereka tidak hanya sukses dalam jangka pendek tetapi juga memiliki landasan yang kuat untuk keberlanjutan jangka panjang. 

La Masia maupun IMM berkontribusi langsung terhadap misi dan visi utama organisasi mereka. La Masia membantu FC Barcelona mempertahankan posisi sebagai salah satu klub terbaik di dunia melalui pengembangan pemain muda berkualitas tinggi. Di sisi lain, IMM membantu memperkuat jaringan dan pengaruh Muhammadiyah di berbagai bidang melalui program-program spesifik yang mereka inisiasi. 

Dengan harapan generasi muda yang berada di Muhammadiyah dapat berperan seperti La Masia yang memberikan kontribusi signifikan bagi Barcelona dan klub-klub Eropa lainnya. Kontribusi yang dimaksud adalah bagaimana generasi muda ini telah memberikan dedikasi dan sumbangan nyata bagi IMM khususnya, dan Muhammadiyah pada umumnya.  

Keyakinan bahwa Muhammadiyah yang sudah eksis saat ini akan mampu melahirkan talenta-talenta muda yang cerdas dengan etos Ahmad Dahlan, serupa dengan La Masia yang dimiliki Barcelona. La Masia mengajarkan pemain untuk terus menguasai bola dan selalu memilih pemain bukan berdasarkan fisiknya, tetapi berdasarkan kemampuan berpikir yang baik, siap mengambil keputusan, memiliki bakat, teknik, dan kelincahan.  

Dengan demikian, IMM akan melakukan hal yang sama bahkan berusaha melampaui La Masia dalam membesarkan Muhammadiyah. Ikatan ini akan menjadi wadah bagi talenta-talenta muda untuk berkarya dan mengembangkan bakat mereka guna mencapai tujuan Muhammadiyah. 


Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url