Pendidikan Dan Manusia Indonesia

Gambar Dibuat Oleh AI

Penulis: Alvian Fikri (Kader IMM Educare)

Seringkali kita mendengar, orang Indonesia ialah orang yang berbudi luhur dengan segala kerendahan hati, memiliki perangai yang baik, dan berpengetahuan luas. Namun yang menjadi pertanyaannya, apakah kita sering berjumpa dengan manusia seperti itu? Lalu, apakah masih ada dia yang dikatakan manusia Indonesia di zaman ini? Apakah kita masih menemukan manusia dengan keluhuran budi yang sangat luar biasa serta berpengetahuan luas untuk saat ini? Jawabannya bisa jadi iya dan bisa jadi tidak.

Pada zaman dulu, orang-orang di Indonesia (masyarakat Nusantara tentunya) cenderung mengadopsi pendidikan dan pengajaran yang diwariskan oleh para leluhur mereka. Meyakini apa yang baik dan apa yang buruk, menerima setiap jenis pengajaran dengan lapang dada dan tanpa pertimbangan panjang. Diajarkannya falsafah-falsafah kehidupan guna menyelesaikan setiap permasalahan dalam kehidupan. Akan tetapi, bila dipikir lebih dalam, sudah benarkah apa yang diajarkan oleh para orang-orang tua zaman dulu. Apakah tidak ada kebenaran lain, selain pengajaran mereka? Apakah kebenaran pengajaran mereka bersifat mutlak dan tidak dapat di ganggu gugat? Sebuah pertanyaan yang cukup unik untuk dicarikan pembenaran jawabnnya. 

System pendidikan dan pengajaran di zaman dahulu cukup menakjubkan, diajarkannya ilmu-ilmu penting dalam kehidupan, seperti halnya meramu obat bagi orang sakit, cara bercocok tanam yang baik, serta pengajaran nilai-nilai yang harus dijaga dalam kehidupan. Jika kita berkaca dari pandangan pendidikan modern saat ini, tentu apa yang diajarkan oleh para nenek moyang terdahulu, tidaklah sepenuhnya benar. Di zaman dulu Ketika ada seorang raja yang sedang jatuh sakit, maka obatnya ialah racikan jamu herbal yang berasal dari alam , dan bahkan ada yang melakukan praktik perdukunan dalam mengobati penyakit. Namun jika kita lihat dalam kacamata medis saat ini meminum jamu merupakan sesuatu yang sangat di hindarkan, karena semakin berkembang dan kompleksnya teknologi kesehatan modern yang memungkinkan memberi alternatif lain pengobatan selain meminum jamu. Tentunya meminum jamu, sebagaimana masih menjadi kepercayaan sebagian orang, masih memiliki manfaat tersendiri dalam pengobatan. 

Akan tetapi sangat miris bila, masih ada sebagian manusia Indonesia yang menolak perkembangan ilmu pengetahuan dan tetap mempertahankan ajaran apa yang telah diajarkan kepada mereka secara turun temurun. Pengetahuan selalu berkembang mengikuti perkembangan zaman, pengetahuan akan selalu berubah seiring dengan berjalannya dinamika-dinamika dalam hidup. Jika kita sebagai manusia Indonesia menolak perkembangan zaman dan kemajuan ilmu pengetahuan, maka selamanya kita akan menjadi manusia tertinggal dan akan selalu terbelenggu dalam kebodohan.

Pada zaman dulu, baik zaman Kerajaan ataupun penjajahan, pendidikan selalu diberikan kepada golongan/kaum-kaum tertentu. Mereka para kaum laki-laki yang dapat mengenyam suatu pendidikan, sedangkan kaum Perempuan tidak mendapat pendidikan sebagaimana mestinya hanya bagi mereka kalangan tertentu yang mendapat pendidikan. Kesenjangan-kesenjangan semacam itu yang membuat sebagian besar manusia Indonesia masih terbelenggu dalam kebodohan. Mereka yang menganggap pendidikan hanya dan harus diberikan kepada kaum-kaum tertentu, merupakan contoh manusia yang takut akan sebuah kebebasan. Mereka takut orang lain memiliki pengetahuan yang sama dengannya dan takut otoritas pengetahuannya diganggu. Sungguh sebuah kontradiksi yang kentara, bila kita menginginkan sebuah kemajuan pengetahuan, tapi di saat yang sama kita juga takut orang lain menentang pengetahuan yang kita miliki. 

Bagaimana kita menginginkan pengetahuan berkembang sebagaimana mestinya, tetapi kita masih takut orang lain mendapatkan pendidikan yang setara dengan kita. Kita menginginkan manusia berkualitas yang memiliki pengetahuan luar biasa, tapi enggan memberikan pendidikan kepadanya.  Pendidikan harus diajarkan kepada semua orang, tanpa memandang suku, ras, bangsa, maupun jenis kelamin. Setiap orang mendapat hak yang sama untuk memperoleh pendidikan. Setiap orang memiliki kesemapatan yang sama untuk berkontribusi dalam perkembangan pengetahuan. Pendidikan, dalam arti yang agak luas sebenarnya diartikan sebagai suatu proses dengan metode tertentu sehingga individu mendapatkan pengetahuan, dan pemahaman serta cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan (Dalam buku "Psikologi Pendidikan" karya Uyun & Warsah (2021). 

Karena setiap manusia mempunyai masing-masing kebutuhan dalam hidupnya hendaknya hal tersebut dapat dicapai melalui suatu pendidikan dan proses belajar. Perlunya kesadaran bagi setiap manusia untuk memiliki pemahaman akan akan suatu esensi dari pendidikan. Muhammad Iqbal, salah seorang tokoh intelektual Muslim, menilai bahwa pendidikan sejatinya memiliki tujuan agar masalah yang terjadi dalam masyarakat mampu terselesaikan dengan baik (Suriadi, 2016). Jadi bagi Muhammad Iqbal, terdapat suatu nilai luhur yang murni dari pendidikan yang harus diberikan kepada semua manusia tanpa memandang status sosialnya.  

Seharusnya bagi kita semua yang diberi label Manusia Indonesia, memiliki kesadaran akan pentingnya pendidikan yang harus ditanamkan kepada setiap anak sejak usia dini. Dengan hal tersebut, maka akan tertanam nilai moril yang luhur, sehingga kedepannya mereka akan tumbuh menjadi individua tau manusia yang berkarakter pendidikan yang baik. Yang kemudian nantinya harapan utama bagi kita semua ialah terwujudnya Manusia Indonesia yang berpengetahuan dan berwawasan luas serta memiliki kebijaksaan yang tinggi yang memiliki perangai yang baik serta tidak menyombongkan diri.


Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url