Peran Laki-Laki dalam Mewujudkan Kesejahteraan Perempuan

Gambar Dibuat Oleh AI

Penulis: Hannah Fadzila Saragih (Sekretaris Bidang HPKP PK IMM Educare)

Tindakan diskriminasi serta kriminalitas terhadap perempuan masih banyak terjadi di sekeliling kita, baik dalam lingkup sosial budaya, hukum, ekonomi, dan lain-lain. Keadaan sosial masyarakat–khususnya di Indonesia–yang patriarki tidak memberikan banyak kesempatan bagi perempuan untuk mengembangkan potensi dirinya bahkan untuk mencapai kesejahteraan saja pun masih kesulitan. Peran perempuan yang dianggap sebatas ‘dapur, sumur, kasur’ menjadi belenggu perempuan untuk berpendidikan tinggi, berkarir, dan berperan langsung dalam masyarakat. Ditambah lagi tindakan kriminalitas seperti kekerasan dan pelecehan seksual yang kebanyakan korbannya adalah perempuan karena dianggap lebih lemah sehingga dapat menjadi sasaran empuk bagi pelaku dan kesalahan tersebut dilimpahkan pada perempuan karena dianggap sebagai ‘bunga yang mengundang kupu-kupu untuk hinggap padanya’. Masyarakat seakan mengesampingkan hak-hak sebagai manusia bagi perempuan yang seharusnya mempunyai kadar yang sama dengan laki-laki yaitu hak untuk hidup, bebas dari perbudakan, berpendapat dan berekspresi, hak untuk bekerja dan pendidikan, dan banyak lagi. 

Sulitnya ‘menjadi perempuan’ di tengah lingkungan masyarakat yang patriarki membuat perempuan terus meningkatkan kemandirian dirinya agar dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Kekerasan dan diskriminasi bagi perempuan – menurut teori hirarki kebutuhan Maslow – membuat kebutuhan akan keamanan mereka terganggu dan otomatis membuat kebutuhan akan sosial, penghargaan, hingga aktualisasi diri tidak dapat terpenuhi. 

Dalam Islam, perempuan sangat diperlakukan mulia. Mulai kecil hingga perempuan menikah, ia masih menjadi tanggung jawab sang ayah untuk memberikan nafkah dan perlindungan, kemudian tanggung jawab tersebut diberikan kepada suaminya. Apabila sang ayah telah meninggal maka tanggung jawab tersebut diberikan pada saudara laki-lakinya atau paman dari ayah atau dari ibunya. Begitu pun bagi seorang janda, suaminya berkewajiban memberikan hartanya sebagai bekal. Hal ini mengartikan bahwa dalam islam perempuan diberikan perlindungan dan kodrat laki-laki sebagai penjaga atau pelindung. Perlindungan yang diberikan laki-laki kepada perempuan menurut pandangan Islam merupakan wujud dari tanggung jawab serta cinta kasih. Di sisi lain, perempuan juga memegang peran penting dalam mendukung serta mempertahankan keharmonisan dalam keluarga (Hafizah, 2024).  

Pada kenyataannya, perempuan kini dituntut untuk menjadi independent women karena tidak ada atau kurangnya peran seorang laki-laki untuk menafkahi dan melindunginya. Hal tersebut bukan mengartikan bahwa perempuan adalah sosok yang lemah dan sangat bergantung pada laki-laki. Dapat dilihat banyak perempuan yang bisa sukses dalam menghidupi dirinya sendiri bahkan keluarganya seperti Khadijah ra. Dalam hal yang lebih radikal, sosok perempuan yang terlalu independen merasa tidak memerlukan laki-laki dan menganggap laki-laki lebih lemah. Jika, pikiran seperti ini terus meluas dampaknya laki-laki pun akan merasakan efek diskriminatif. 

Poin penting yang dapat diambil adalah tentang peran seorang laki-laki terhadap kesejahteraan perempuan. Laki-laki dapat memposisikan dirinya sebagai sesama manusia yang mempunyai hak hidup yang sama dan sebagai individu yang mempunyai kodrat sebagai seorang pelindung individu yang lain. Selama ini telah banyak perjuangan dan gerakan-gerakan perempuan, namun hal itu juga perlu didukung oleh keikutsertaan laki-laki sebagai pendukung. Hal ini menjadi upaya preventif dari adanya diskriminasi dan kekerasan terhadap perempuan. Perempuan diberikan bekal untuk dapat membela diri dan harga dirinya dan laki-laki diberikan pemahaman dan pendidikan tentang perempuan – pun sebaliknya. Jadi, bukan hanya satu pihak yang berjuang, namun kedua belah pihak memperjuangkan keadilan. 

Dalam pengkaderan pendukung kader IMM yaitu Diksuswati (Pendidikan Khusus Immawati) berisi tentang pengetahuan dan pemahaman tentang perjuangan perempuan dan pemberdayaan perempuan. Seluruh kader immawati menganggap pendidikan tentang perempuan seharusnya tidak hanya khusus diberikan kepada immawati namun juga diberikan kepada immawan. Hal ini sebagai upaya para laki-laki untuk lebih memahami kendala yang dialami perempuan dan ikut memperjuangkan kebutuhannya. Sudah sepantasnya IMM sebagai wadah perjuangan dan pergerakan mahasiswa meneladani perjuangan Nyai Dahlan dalam memperjuangkan potensi seorang perempuan. Buah perjuangan beliau dalam Aisyiyah adalah untuk mengaktualisasikan potensi pemikiran, spiritualitas, dan tindakan yang bertujuan untuk membangun peradaban yang lebih maju, adil, sejahtera, dan bermartabat.

Laki-laki perlu memahami bahwa perempuan memiliki hak yang sama dalam hal kehidupan, pendidikan, pekerjaan, dan ekspresi diri, serta menghormati kodrat mereka sebagai pelindung dan pendukung perempuan. Dalam lingkungan yang patriarki, sering kali perempuan tidak mendapatkan ruang yang cukup untuk berkembang dan mencapai kesejahteraannya. Oleh karena itu, peran laki-laki tidak hanya sebagai pelindung dalam lingkup keluarga menurut pandangan Islam, tetapi juga sebagai sekutu dalam upaya memperjuangkan kesetaraan dan melawan diskriminasi serta kekerasan terhadap perempuan. Dukungan dari laki-laki menjadi langkah preventif untuk memastikan keadilan dan kesejahteraan bagi perempuan, sehingga keduanya dapat saling mendukung dalam mewujudkan masyarakat yang lebih adil dan inklusif.


Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url