Peran Mahasiswa dan IMM dalam Menjaga Demokrasi Indonesia

Gambar Dibuat Oleh AI

Penulis: Fikri Alvian (Kader PK IMM Educare)

Politik selalu menjadi alat penentu berjalannya demokrasi suatu negara di masa depan. Demokrasi diartikan sebagai suatu bentuk pemerintahan di mana rakyat memiliki hak yang setara dalam menentukan setiap kebijakan yang akan diambil (Harefa & Hulu, 2020). Setiap negara yang menganut sistem demokrasi harus meletakkan kedaulatan tertinggi pada rakyat tanpa memandang golongan sedikitpun, khususnya di Indonesia sendiri. Mahasiswa sebagai perwakilan elemen masyarakat haruslah menjadi pemimpin dalam mengawal berjalannya demokrasi yang ada. Mereka memiliki peran penting sebagai Agent of change (agen perubahan), social control (kontrol sosial), moral force (kekuatan moral). Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), yang merupakan salah satu elemen cendekiawan muslim di Indonesia, juga sepatutnya menjadi penjaga berjalannya sistem demokrasi di Indonesia.

Dalam Al-Qur'an surah Al-Imran ayat 159, pada tafsir Al-Azhar, Buya Hamka menjelaskan bahwa cendekiawan muslim seharusnya menjadi tokoh pemimpin yang baik yang dapat menjunjung asas keadilan dan demokrasi (Salim, 2016). Ayat tersebut menjadi sebuah landasan bahwa, sebagai mahasiswa, khususnya para kader IMM, haruslah menjadi seorang pemimpin yang memiliki sifat dan sikap tegas dalam berpolitik, menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan berdemokrasi, bijaksana dalam mengambil Keputusan, inklusif dan menghargai perbedaan pendapat. Akan tetapi, terdapat suatu tantangan terkini yang sedang memuncak salah satunya yaitu maraknya isu "Indonesia Darurat" yang telah menjadi isu nasional, mengindikasikan adanya pelanggaran prinsip-prinsip demokrasi. Isu ini mencakup dugaan tindakan sewenang-wenang pemerintah dalam membuat aturan, kebijakan yang cenderung mewakili kepentingan pihak-pihak tertentu. 

Mengingat adanya indikasi kecacatan dan pelanggaran demokrasi, sebagai seorang mahasiswa yang menjadi agent of change, para kader IMM perlu melakukan berbagai kajian mendalam tentang isu-isu demokrasi, mengambil tindakan yang semestinya berdasarkan hasil kajian, berdiri tegak dengan pikiran logis dan kritis, melakukan aksi diplomatis kepada pihak terkait dengan menyampaikan tuntutan yang konstruktif. Beberapa langkah konkret yang telah dan dapat diambil oleh IMM meliputi, kajian terkait polemik dan dinamika politik yang terjadi, menyelenggarakan diskusi publik untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, melakukan aksi diplomatis dengan menyampaikan tuntutan kepada pihak berwenang, berkolaborasi dengan organisasi masyarakat sipil lainnya untuk memperkuat gerakan pro-demokrasi. 

Peran mahasiswa, khususnya kader IMM, dalam menjaga demokrasi di Indonesia sangatlah krusial. Dengan berlandaskan pada nilai-nilai agama dan semangat perubahan, IMM dapat menjadi garda terdepan dalam mengawal jalannya demokrasi di Indonesia. Melalui kajian kritis, aksi diplomatis, dan kolaborasi dengan berbagai pihak, para kader IMM dapat berkontribusi signifikan dalam mewujudkan Indonesia yang lebih demokratis dan berkeadilan. Sejarah telah membuktikan bahwa mahasiswa memiliki peran vital dalam perubahan politik di Indonesia. Gerakan mahasiswa pada tahun 1998 yang berujung pada jatuhnya rezim Orde Baru menjadi bukti nyata kekuatan mahasiswa dalam mengawal demokrasi (Aspinall, 2015).Peristiwa ini menunjukkan bahwa ketika mahasiswa bersatu dan bergerak dengan visi yang jelas, mereka mampu menghadirkan perubahan besar dalam lanskap politik nasional. Oleh karena itu, penting bagi mahasiswa, termasuk kader IMM, untuk terus memelihara semangat kritis dan keberanian dalam menghadapi tantangan demokrasi kontemporer.

Dalam konteks kekinian, tantangan demokrasi di Indonesia semakin kompleks. Munculnya fenomena post-truth politics, di mana emosi dan keyakinan pribadi lebih berpengaruh dalam membentuk opini publik daripada fakta objektif, menjadi ancaman serius bagi kualitas demokrasi (Lim, 2017). Di sinilah peran mahasiswa sebagai social control menjadi sangat penting. Namun, mahasiswa juga perlu memahami bahwa berdemokrasi bukan hanya mengenai pemilihan umum, tetapi juga tentang partisipasi aktif warga bernegara dalam proses pengambilan keputusan publik. Konsep demokrasi deliberatif yang dikemukakan oleh Jürgen Habermas menekankan pentingnya diskusi publik yang rasional dan inklusif dalam mencapai konsensus politik. Para kader IMM juga dapat mengadopsi pendekatan ini dengan menyelenggarakan forum-forum diskusi publik yang melibatkan berbagai elemen masyarakat, sehingga dapat memperkaya wacana demokrasi di Indonesia.

Dalam menghadapi tantangan demokrasi kontemporer, mahasiswa juga perlu meningkatkan literasi digital mereka. Era digital telah mengubah lanskap politik dan cara masyarakat berpartisipasi dalam demokrasi. Penggunaan media sosial dan platform digital lainnya telah menjadi sarana penting dalam menyuarakan aspirasi dan mengorganisir gerakan politik. IMM dapat mengambil inisiatif untuk menyelenggarakan pelatihan literasi digital bagi anggotanya dan masyarakat umum, sehingga mereka dapat berpartisipasi secara efektif dalam ruang demokrasi digital. Tidak kalah pentingnya, mahasiswa perlu memahami bahwa menjaga demokrasi bukan hanya tentang mengkritisi pemerintah, tetapi juga tentang membangun budaya demokrasi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini mencakup menghormati perbedaan pendapat, mengedepankan dialog daripada konfrontasi, dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. IMM dapat menjadi contoh dalam hal ini dengan menerapkan prinsip-prinsip demokrasi dalam organisasi internal mereka dan dalam interaksi mereka dengan masyarakat luas.

Lebih jauh lagi, sebagai organisasi yang berakar pada nilai-nilai Islam, IMM memiliki tanggung jawab untuk menunjukkan kompatibilitas antara Islam dan demokrasi. Pemikir Muslim kontemporer seperti Abdolkarim Soroush telah banyak menulis tentang bagaimana nilai-nilai Islam dapat memperkaya praktik demokrasi (Sadri, 2001). IMM dapat mengeksplorasi pemikiran-pemikiran ini dan di integrasikan dalam aktivisme demokrasi, sehingga dapat memberikan kontribusi unik dalam wacana demokrasi di Indonesia.

Pada akhirnya, peran mahasiswa, khususnya para kader IMM dalam menjaga demokrasi di Indonesia menjadi sebuah tanggung jawab yang berkelanjutan. Ini bukan hanya tentang merespons krisis politik yang ada, tetapi juga tentang secara konsisten membangun pondasi demokrasi yang kuat melalui pendidikan, aktivisme, dan partisipasi aktif dalam kehidupan bernegara. Dengan memahami kompleksitas tantangan demokrasi kontemporer dan mengambil langkah-langkah konkret untuk mengatasinya, para kader IMM dapat memainkan peran krusial dalam memastikan bahwa demokrasi di Indonesia terus berkembang dan menjadi lebih matang di masa depan.


Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url