Pemberdayaan Perempuan di Era Digital: Membangun Kesetaraan dan Kemandirian
Gambar Dibuat Oleh AI |
Penulis: Wafiqoh Nur Azizah Itsnatani (Kader PK IMM Heksos)
Komponen penting dari pembangunan sosial yang berkelanjutan adalah pemberdayaan perempuan. Di era digital, perempuan Indonesia masih menghadapi banyak masalah dalam bidang pendidikan khususnya literasi. Data menunjukkan bahwa kesenjangan gender masih terjadi, meskipun kemajuan dalam akses Pendidikan terus berlanjut. Pada tahun 2019, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa sekitar 7,47% perempuan berusia 5 tahun ke atas tidak terdaftar di sekolah, dan 30% perempuan berusia 16 hingga 18 tahun putus sekolah. Disisi lain pandemi COVID-19 memperburuk situasi ini, memaksa banyak institusi pendidikan untuk beralih ke pembelajaran secara daring. Banyak perempuan, terutama mereka yang berasal dari keluarga kurang mampu tidak memiliki akses yang memadai dalam pembelajaran daring yakni internet maupun gawai itu sendiri, sehingga menyebabkan mereka tertinggal dalam pendidikan.
Literasi digital menjadi keterampilan yang sangat penting di tengah pesatnya kemajuan teknologi. Literasi digital adalah Kemampuan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi secara efektif. banyak wanita masih kurang literasi digital, mereka mengalami kesulitan untuk mendapatkan informasi, berpartisipasi dalam diskusi publik, dan memperoleh keterampilan yang diperlukan untuk bersaing di pasar kerja. Kesenjangan-kesenjangan ini menghambat kemajuan masyarakat secara keseluruhan khususnya perempuan.
Untuk mengatasi masalah ini, berbagai program telah diluncurkan untuk meningkatkan literasi digital perempuan. Salah satu contohnya adalah pembentukan komunitas perempuan yang berfokus pada pemberdayaan melalui literasi digital. Komunitas ini terdiri dari perempuan yang diajarkan keterampilan dasar penggunaan komputer, internet, dan media sosial serta kepenulisan yang baik kemudian disebarkan melalui platform digital. Dengan meningkatkan literasi digital mereka, perempuan dapat mengakses lebih banyak informasi yang relevan dan berperan sebagai agen perubahan dalam masyarakat.
Misalnya, sebuah program pelatihan di Yogyakarta melibatkan perempuan dari berbagai latar belakang, termasuk ibu rumah tangga, pelajar, dan mahasiswa. Pelatihan ini mengajarkan peserta bagaimana membuat konten yang baik, menarik dan relevan serta bagaimana menggunakan media sosial untuk menyebarkan pesan pemberdayaan perempuan yang positif. Hasil pelatihan menunjukkan bahwa peserta lebih memahami strategi penulisan, masalah yang berkaitan dengan perempuan, dan lebih tertarik untuk berpartisipasi dalam diskusi public (Athaillah, 2022).
Sehingga dalam meningkatkan literasi digital di kalangan perempuan adalah langkah penting untuk memberdayakan mereka dalam bidang Pendidikan untuk menunjang kehidupan sehari-hari. Dengan memberikan akses dan pelatihan yang memadai, kita dapat membantu perempuan untuk mengatasi tantangan yang mereka hadapi dan berkontribusi secara aktif dalam masyarakat. Jadi pemberdayaan perempuan melalui literasi digital bukan hanya bermanfaat bagi individu, tetapi juga bagi kemajuan sosial dan ekonomi secara keseluruhan.